Sesuai dengan apa yang dituturkan oleh para sesepuh desa, Kelurahan Tempurejo terdiri dari dua desa yaitu : Desa Kresek dan Kwangkalan. Adapun sejarah dari kedua desa tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sejarah Desa Kresek
Alkisah pada zaman dahulu tersebutlah dua orang kakak beradik yang bernama Nayagati dan Nayakerta serta Ki Tepu dan Nyi Tepu. Mereka melarikan diri dari situasi peperangan yang menjenuhkan dan tidak berkesudahan. Kemudian mereka membuka lahan pertanian dan hidup sebagai petani biasa. Daerah yang mereka tinggali selanjutnya disebut Desa Babatan dan Gedangan. Disebut Desa Gedangan karena banyak vegetasi pohon pisang (letak di belakang makam sekarang). Di tempat inilah mereka melanjutkan hidup hingga turun temurun. Sampai pada suatu ketika tersiar kabar bahwa Belanda akan membuka akses jalan yang kemudian dikenal sebagai jalan Waringin hingga sekarang. Maka ini menjadikan penduduk berbondong-bondong pindah lokasi tempat tinggal menuju sisi utara mendekati jalan Waringin. Di daerah mereka acapkali terdengar suara “kemresek” yang merupakan bahasa Jawa. Kemresek jika diartikan dalam bahasa Indonesia berati suara gaduh karena gesekan benda bisa ranting atau dedaunan. Suara “kemresek” tersebut ditengarai akibat seringnya macan atau harimau liar yang lewat, maka di kemudian hari daerah demografi baru tersebut dikenal dengan nama Desa Kresek.
b. Sejarah Desa Kwangkalan
Awal mula dinamakan Desa Kwangkalan karena di daerah ini banyak tumbuh vegetasi pohon Kwangkal (latin : Albizia procera) merupakan anggota suku Fabaceae. Penduduk lokal sepakat menamai daerah tempat tinggal mereka dengan sebutan Desa Kwangkalan.